Ajaran Katolik tentang Kasih Karunia dan Perbuatan Baik: Melengkapi ‘Sola Gratia’

Share

Doktrin sola gratia (hanya oleh kasih karunia) memang bukan ajaran resmi Gereja Katolik. Katolik tidak mempercayai doktrin sola gratia secara utuh; karena dalam pandangan Katolik, keselamatan merupakan hasil sinergi antara kasih karunia Allah dan kehendak bebas manusia dalam merespons kasih karunia tersebut.

Ini tercermin dalam Katekismus Gereja Katolik yang menyatakan bahwa “Kasih karunia adalah bantuan Allah yang tak terlihat untuk mencapai kemurahan hati-Nya sendiri” (KKK 2021). Pentingnya kasih karunia dalam kehidupan iman Katolik tidak dapat disangkal. Kasih karunia Allah adalah anugerah yang tidak dapat diperoleh dengan usaha manusia semata. Kasih karunia Allah yang melimpah-limpah memanglah murni inisiatif-Nya sendiri dan tidak dapat dibeli atau dipengaruhi oleh perbuatan manusia.

Namun demikian, Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa manusia, sebagai makhluk yang memiliki kebebasan, memiliki peran aktif dalam menanggapi kasih karunia Allah. Ini tercermin dalam ajaran bahwa iman yang hidup harus diwujudkan melalui perbuatan baik. Dalam Surat Yakobus, misalnya, dikatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:26).

Dengan demikian, dalam pandangan Katolik, perbuatan baik adalah respons atas kasih karunia yang diterima, bukan usaha untuk memperoleh kasih karunia. Perbuatan baik adalah buah dari iman yang sungguh-sungguh, bukan usaha untuk ‘membeli’ kasih karunia Allah. Dalam konteks ini, keselamatan dipandang sebagai hasil dari kerja sama antara Allah dan manusia, yang mana manusia merespons kasih karunia Allah dengan iman yang hidup dan perbuatan baik.

Pemanggilan Matius adalah sebuah contoh konkret dari bagaimana kasih karunia Allah bekerja dalam kehidupan seseorang. Matius, yang pada awalnya adalah seorang pemungut cukai yang mungkin dianggap berdosa atau tidak layak di mata masyarakat pada saat itu, menerima panggilan langsung dari Yesus untuk mengikuti-Nya.

Dalam konteks artikel, pemanggilan Matius dapat diinterpretasikan sebagai tindakan kasih karunia Allah yang tak terduga. Matius tidak melakukan apapun untuk “mendapatkan” panggilan tersebut; itu adalah anugerah yang diberikan kepadanya oleh Yesus. Namun, respons Matius terhadap kasih karunia ini adalah perbuatan baik dengan segera meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.

Dengan demikian, pemanggilan Matius dapat digunakan sebagai ilustrasi yang kuat tentang hubungan antara kasih karunia Allah dan perbuatan baik dalam ajaran Katolik. Kasih karunia Allah yang diterima oleh Matius mendorongnya untuk merespons dengan iman yang hidup, yaitu dengan mengikuti Yesus, dan ini sesuai dengan konsep bahwa perbuatan baik adalah tanggapan atas kasih karunia yang diterima, bukan usaha untuk memperolehnya.

Penjelasan lebih mendalam tentang konsep kasih karunia dan perbuatan baik dalam iman Katolik:

Peran Kasih Karunia:

  • Anugerah Ilahi: Kasih karunia adalah pemberian cuma-cuma dari Allah, tanpa dipengaruhi oleh usaha manusia. Hal ini ditegaskan dalam Katekismus Gereja Katolik (KKK 2021) yang menyebutnya sebagai “bantuan Allah yang tak terlihat untuk mencapai kemurahan hati-Nya sendiri.”
  • Inisiatif Allah: Kasih karunia Allah berlimpah dan murni berasal dari kehendak-Nya sendiri, tidak dapat dibeli atau dipengaruhi oleh perbuatan manusia.

Peran Manusia:

  • Tanggapan Penuh Iman: Kasih karunia Allah mendorong manusia untuk merespons dengan iman dan perbuatan baik. Iman yang hidup diwujudkan melalui tindakan nyata, seperti dijelaskan dalam Surat Yakobus 2:26 bahwa “iman tanpa perbuatan adalah mati.”
  • Kerjasama, Bukan Usaha: Perbuatan baik merupakan ungkapan syukur atas kasih karunia yang diterima, bukan upaya untuk “membeli” keselamatan. Hal ini merupakan wujud kerjasama manusia dengan Allah dalam proses keselamatan.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari:

  • Kesadaran akan Kasih Karunia: Kita didorong untuk selalu menyadari kebaikan Allah dalam setiap aspek kehidupan, dalam suka maupun duka.
  • Syukur melalui Perbuatan Baik: Perbuatan baik, seperti membantu orang lain, menjadi wujud syukur atas berkat yang diterima.
  • Pertumbuhan Spiritual: Kasih karunia mendorong manusia untuk bertumbuh secara spiritual melalui pertobatan dan penyesuaian diri dengan kehendak Allah.
  • Memikul Salib: Keselamatan tidak selalu mudah, dan seringkali melibatkan pengorbanan, kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi tantangan. Memikul salib hidup merupakan cara untuk mengikuti jejak Kristus.

Dalam diskusi tentang kasih karunia dan perbuatan baik, penting untuk mengakui adanya keragaman pandangan di antara berbagai tradisi Kristen. Beberapa pengajar di luar Gereja Katolik mungkin lebih menekankan pada kasih karunia Allah tanpa terlalu menekankan perbuatan baik sebagai tanggapan atas kasih tersebut. Bahkan ada pengajar di luar Katolik yang sama sekali tidak mengajarkan pengorbanan, ketaatan, dan meneladani jalan salib Yesus dalam penderitaan, serta perbuatan baik sebagai wujud syukur atas berkat yang diterima; mereka hanya berfokus pada kasih karunia dan jaminan keselamatan.

Di sisi lain, dalam ajaran Katolik, perbuatan baik dipandang sebagai respons yang penting terhadap kasih karunia Allah. Ini termasuk mengikuti teladan Yesus Kristus dengan memikul salib hidup kita, yaitu dengan menghadapi dan mengatasi tantangan serta penderitaan dengan semangat Kristus.

Konsep memikul salib hidup juga mencerminkan pengertian bahwa keselamatan tidak selalu berjalan mulus, tetapi melibatkan pengorbanan, kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi cobaan. Dalam kaitannya dengan kasih karunia, memikul salib hidup kita menjadi cara kita merespons kasih Allah dengan mengikuti jejak Kristus. Sebagai hasilnya, dalam pandangan Katolik, perbuatan baik bukan hanya merupakan konsekuensi alami dari kasih karunia, tetapi juga bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan iman yang autentik. Dengan demikian, sementara kasih karunia adalah panggilan Allah yang murni dan tidak terduga, perbuatan baik adalah tanggapan manusia yang sungguh-sungguh dan sadar akan kasih Allah yang melimpah.

Penekanan Katolik pada Perbuatan Baik:

  • Bukan Otomatis: Perbuatan baik bukan konsekuensi otomatis dari kasih karunia, melainkan respon manusia yang sadar dan tulus.
  • Memikul Salib: Perbuatan baik termasuk memikul salib hidup, yaitu mengikuti teladan Yesus Kristus dalam menghadapi tantangan dan penderitaan.
  • Keseimbangan: Kasih karunia dan perbuatan baik adalah dua sisi mata uang yang sama dalam pemahaman Katolik tentang keselamatan.

Dalam mengakhiri pembahasan ini, penting untuk menyadarkan pembaca akan keberuntungan kita sebagai umat Katolik yang diajarkan secara lengkap dan mendalam mengenai ajaran Yesus Kristus. Melalui ajaran Gereja Katolik, kita memahami bahwa kasih karunia Allah dan perbuatan baik adalah dua sisi dari satu koin yang sama dalam memahami keselamatan.

Kita diajak untuk tidak hanya menerima kasih karunia Allah, tetapi juga meresponsnya dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Memikul salib hidup kita sebagai umat Katolik bukanlah beban, tetapi panggilan untuk mengikuti jejak Kristus dalam mengasihi dan melayani sesama.

Semoga kesadaran akan pentingnya kasih karunia dan perbuatan baik dapat memperkaya iman kita serta mendorong kita untuk menjadi saksi kasih Kristus di dunia ini.