Apakah Yesus Tuhan atau Sekadar Utusan? Menjawab Pertanyaan dari Yohanes 17:3

Share

Dalam Yohanes 17:3, Yesus berkata:

“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”

Banyak saudara Muslim menafsirkan ayat ini untuk menunjukkan bahwa Yesus hanyalah utusan, bukan Tuhan. Mereka menyoroti frasa “satu-satunya Allah yang benar” dan “Yesus yang Engkau utus,” lalu bertanya, “Kalau Yesus benar-benar Tuhan, mengapa ia menyebut Allah sebagai satu-satunya yang benar dan mengatakan dirinya diutus?”

Mari kita bahas ini dengan tenang dan langsung. Apakah Yesus hanya seorang utusan atau lebih dari itu?

1. Memahami Konteks Doa Yesus dalam Yohanes 17:3

Kita sering kali salah memahami sebuah ayat ketika membacanya terpisah dari konteks keseluruhan. Yohanes 17:3 adalah bagian dari doa Yesus kepada Allah Bapa sebelum penyaliban. Di sini, Yesus menunjukkan relasi-Nya yang unik dengan Bapa. Ia berbicara kepada Bapa-Nya, bukan karena Ia bukan Tuhan, tetapi untuk menunjukkan kedekatan-Nya sebagai Anak yang taat.

Kalau kita baca lebih jauh dalam Injil Yohanes, sebenarnya ada banyak bagian yang menyatakan keilahian Yesus secara jelas. Misalnya, Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu.” Artinya, Yesus bukan sekadar utusan; Ia menyatakan satu kesatuan dengan Bapa dalam hakikat ilahi-Nya.

Atau lihat Yohanes 1:1, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Di sini, Yesus sebagai Firman diidentifikasi sebagai Allah. Jadi, Yohanes 17:3 bukan penyangkalan keilahian Yesus, melainkan penekanan bahwa Yesus datang ke dunia dengan peran yang unik untuk menyelamatkan manusia.

2. Apa Arti “Diutus” Bagi Yesus?

Saudara Muslim sering memahami kata “diutus” seperti dalam konteks Islam, yaitu bahwa nabi atau rasul diutus oleh Allah untuk menyampaikan pesan-Nya. Lalu, kalau Yesus “diutus,” apakah itu artinya Ia sekadar nabi? Tidak.

Dalam iman Katolik, “diutus”-nya Yesus tidak sama dengan utusan lainnya. Yesus adalah Putra Allah, Pribadi kedua dari Tritunggal Mahakudus. “Diutus” di sini berarti Ia datang menjalankan misi khusus untuk menyelamatkan manusia. Ini bukan berarti derajat-Nya lebih rendah dari Allah. Justru, pengutusan Yesus adalah bukti kasih Allah yang rela menjelma sebagai manusia.

Sebagai Putra, Yesus berperan sebagai jembatan antara manusia dan Allah. Pengutusan-Nya adalah tindakan kasih yang menyelamatkan, bukan tanda bahwa Ia bukan Tuhan.

3. Bagaimana Memahami Konsep Tritunggal?

Banyak dari kita mungkin bingung dengan konsep Tritunggal: satu Allah dalam tiga pribadi — Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Ini memang konsep yang sulit, bahkan bagi umat Katolik sendiri, namun penting untuk memahami bahwa Tritunggal adalah kesatuan, bukan tiga Allah.

Yesus, sebagai Putra, berdoa kepada Bapa bukan karena Ia lebih rendah. Dalam kemanusiaan-Nya, Yesus memperlihatkan ketaatan dan kasih kepada Bapa, memberi contoh bagi kita. Hubungan ini tidak menghilangkan keilahian-Nya. Justru, doa ini menunjukkan kedekatan Yesus dengan Bapa sebagai bagian dari misteri Tritunggal yang penuh kasih.

4. “Mengenal Allah” dalam Yohanes 17:3: Hidup Kekal yang Sebenarnya

Yesus dalam Yohanes 17:3 berbicara tentang “hidup kekal,” yaitu mengenal Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus. Di sini, “mengenal” lebih dari sekadar memahami dengan akal; ini berarti membangun hubungan yang mendalam.

Yesus adalah jalan untuk mengenal Allah. Tanpa Yesus, kita tidak mungkin benar-benar mengenal Allah yang sejati. Ingat Yohanes 14:6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Hidup kekal adalah mengenal Allah melalui Yesus, bukan sekadar tahu bahwa Allah ada.

5. Dialog Praktis dengan Saudara Muslim

Ketika ada pertanyaan atau keraguan tentang Yohanes 17:3, kita tidak perlu terkejut atau merasa terganggu. Sebaliknya, ini bisa jadi kesempatan untuk dialog dengan penuh kasih. Berikut beberapa pendekatan yang dapat digunakan:

  • Tekankan bahwa Trinitas adalah satu Allah dalam tiga pribadi, bukan politeisme atau penyembahan banyak Tuhan. Ini konsep yang sulit tetapi inti dari iman Kristen.
  • Tunjukkan ayat-ayat lain yang menyatakan keilahian Yesus, seperti Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu,” atau Yohanes 14:9, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.”
  • Berikan konteks pengutusan Yesus, bahwa Yesus diutus untuk misi keselamatan, bukan sekadar sebagai nabi. Dalam Yohanes 1:14, Yesus disebut sebagai “Firman yang menjadi manusia,” yang artinya, Allah sendiri yang datang kepada kita.

6. Kesaksian Alkitab Lain tentang Keilahian Yesus

Di luar Injil Yohanes, ada banyak ayat yang menegaskan keilahian Yesus. Misalnya, Kolose 2:9 menyebutkan, “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.” Ini bukan konsep yang dibuat-buat, tetapi keyakinan yang diajarkan sepanjang Alkitab.

Menjawab dengan Bijak

Jadi, apakah Yohanes 17:3 menyangkal keilahian Yesus? Tidak. Ayat ini justru menunjukkan peran-Nya yang unik dalam rencana Allah, bahwa melalui Yesus kita dapat mengenal Allah yang benar.

Ketika menjawab pertanyaan, tetaplah sabar dan penuh kasih. Dengan pemahaman yang benar, kita bisa berdialog dengan saudara Muslim, menunjukkan bahwa hidup kekal hanya dapat kita raih dengan mengenal Allah melalui Yesus Kristus yang sejati.