Di Balik Layar Gereja: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku,”

Share

“Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku,” kata Pak Budi, sang koster gereja, mengutip Mazmur saat pagi menjelang. Ayat ini selalu menginspirasi dia dalam tugas sehari-harinya. Bagi Pak Budi dan para pengurus gereja lainnya, ayat ini adalah pengingat akan betapa pentingnya peran mereka dalam menjaga dan merawat rumah Tuhan. Di balik tembok kokoh dan menara megah gereja, ada kisah keseharian yang penuh dengan dedikasi dan kerja keras. Kisah ini bukan hanya tentang khotbah dan pujian, tapi juga tentang upaya tanpa henti dari para pengurus gereja yang bekerja di belakang layar untuk memastikan gereja tetap terawat dan berfungsi optimal.

Setiap pagi, Pak Budi bangun sebelum ayam berkokok. Dengan sapu di tangan dan semangat di hati, dia membuka pintu gereja, membersihkan altar, dan menyiapkan peralatan misa. Diiringi nyanyian burung, Pak Budi memastikan setiap sudut gereja bersih dan nyaman untuk umat yang akan beribadah. “Gereja ini rumah kita semua, harus bersih dan nyaman,” katanya sambil tersenyum. Pak Budi selalu mengatakan bahwa menyapu gereja adalah bentuk doa tersendiri baginya. “Setiap sapuan adalah ungkapan syukur dan doa bagi Tuhan,” ujarnya.

Di sisi lain, Pastor Paulus, pastor paroki yang penuh dedikasi, sudah siap dengan agendanya yang padat. Ia selalu menyapa Pak Budi dengan ramah saat memasuki gereja untuk persiapan misa pagi. Pastor Paulus adalah sosok yang selalu berusaha dekat dengan umat, mendengar keluhan dan doa mereka. Setiap harinya, dia meluangkan waktu untuk berdoa dan merenung sebelum memulai hari yang sibuk dengan berbagai tugas pastoral, pertemuan, dan kunjungan ke rumah-rumah umat.

Ada juga Ibu Maria, bendahara paroki yang selalu sibuk mengurus keuangan gereja. Setiap Minggu, Ibu Maria menghitung uang kolekte dengan teliti. “Pengelolaan uang umat harus transparan dan bertanggung jawab,” ujarnya sambil menunjukkan catatan keuangan yang rapi. Ibu Maria sangat detail dalam mengatur keuangan, bahkan ia sering mengadakan rapat kecil dengan tim keuangan untuk memastikan setiap sumbangan tercatat dengan benar dan digunakan sebaik-baiknya. “Setiap sen adalah berkat dari umat, kita harus mengelolanya dengan penuh tanggung jawab,” tambahnya.

Tidak ketinggalan, Pak Anton, ketua Dewan Paroki yang selalu bersemangat. Ia selalu hadir dalam setiap rapat dan pertemuan, memastikan bahwa segala keputusan diambil dengan bijaksana demi kebaikan gereja dan umat. Pak Anton juga sering terlibat langsung dalam kegiatan sosial gereja, mengajak umat untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan bakti sosial. “Kita harus menjadi berkat bagi sesama,” ujarnya. Saat terjadi banjir besar di desa tetangga, gereja segera membuka posko bantuan. Dengan cepat, makanan, pakaian, dan kebutuhan dasar lainnya terkumpul dari sumbangan umat. “Ini bukan hanya soal memberi, tapi juga soal hadir dan peduli,” tambah Pak Anton.

Pelayanan kepada umat juga menjadi prioritas. Setiap umat yang datang dengan berbagai kebutuhan harus dilayani dengan penuh keramahan dan kesabaran. Ibu Lina, sekretaris paroki, selalu mengingatkan timnya bahwa senyuman dan salam hangat bisa membuat umat merasa diterima dan dihargai. “Kerjasama antar umat sangat penting. Kita semua berperan dalam pelayanan ini,” jelasnya. Suatu hari, seorang umat datang dengan masalah keuangan yang mendesak. Ibu Maria dan timnya segera menggalang dana bantuan darurat dari umat lainnya dan dalam waktu singkat, masalah tersebut bisa diatasi. “Inilah arti sebenarnya dari komunitas gereja,” katanya dengan bangga.

Tak jarang, pengurus gereja dihadapkan pada situasi tak terduga. Bencana alam, musibah, atau kebutuhan sosial umat yang mendesak, mendorong mereka untuk mencari solusi dan memberikan bantuan. Semangat gotong royong dan kepedulian antar umat menjadi kekuatan utama dalam menghadapi berbagai tantangan. Kehidupan di balik layar gereja tak selalu mudah. Di balik senyum dan keramahan para pengurus, terkadang tersimpan rasa lelah dan pengorbanan. Namun, dedikasi dan komitmen mereka tak pernah padam. Mereka mengabdikan diri demi menjaga rumah Tuhan dan melayani umat dengan sepenuh hati. “Cinta untuk rumah Tuhan menghanguskan aku,” kata Pak Budi, mengutip Mazmur. Setiap kali ia merasa lelah, Pak Budi mengingat kembali motivasinya bekerja di gereja. “Ini bukan sekadar pekerjaan, ini panggilan,” tegasnya.

Bagi umat, peran pengurus gereja tak boleh dipandang sebelah mata. Dukungan dan doa dari umat menjadi energi yang tak ternilai bagi mereka dalam menjalankan tugas mulia ini. Mari kita jaga dan lestarikan rumah Tuhan bersama-sama, dengan saling bahu membahu dan saling mendukung. Pengurus gereja juga mengajak umat untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan gereja. “Gereja ini milik kita bersama. Partisipasi aktif dari umat sangat berharga,” kata Ibu Maria.

Berikan apresiasi kepada para pengurus gereja. Ucapan terima kasih dan doa tulus dari umat menjadi penyemangat bagi mereka. Berpartisipasi dalam kegiatan gereja juga penting, mulai dari menjaga kebersihan, menyiapkan misa, hingga kegiatan lainnya, semuanya meringankan beban para pengurus gereja. Jangan lupa, menyumbang dengan bijak karena donasi dari umat merupakan sumber dana utama untuk operasional dan perawatan gereja. Percayakan pengelolaan keuangan gereja kepada pengurus yang kompeten dan terpercaya. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan menjadi kunci kepercayaan umat. Dan tentunya, doakan para pengurus gereja agar mereka selalu diberi kekuatan dan semangat dalam menjalankan tugasnya.

Mari kita jaga dan lestarikan rumah Tuhan bersama-sama, dengan saling bahu membahu dan saling mendukung. Ingatlah, cerita ini adalah fiktif, tapi semoga bisa memberikan gambaran dan inspirasi tentang betapa pentingnya peran kita semua dalam menjaga rumah Tuhan.